Jumat, 21 November 2008

PERAN NEUROENDOKRIN PADA DEPRESI

Depresi merupakan suatu penyakit yang berkaitan dengan fungsi otak dan berdampak pada seluruh organ tubuh. Tipe depresi terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Depresi mayor : merupakan depresi tanpa episode manik atau hipomanik

2. Depresi bipolar: merupakan depresi dengan episode manik

Depresi pada orang-orang lanjut usia dapat menyebabkan gangguan koginitif dan memori hingga menyamarkan diagnosis demensia.

Faktor-faktor yang menyebabkan depresi antara lain:
1. Faktor genetik : 60-79% ditemukan pada beberapa anggota keluarga kembar monozigotik
2. Faktor lingkungan : kehilangan orang terdekat dan stres akibat penyakit kronik yang diderita
3. Faktor neurobiologi : gangguan neurohormonal dan gangguan aktivitas aksis hypothalamic pituitary-adrenal limbik

Penelitian tertuju pada fungsi neuron tertentu sebagai penghasil neurotransmiter yang akan berkorelasi dengan depresi. Penenelitian memfokuskan pada areal yang berperan dalam perilaku yang berkaitan dengan sistem limbik, dimana sistem limbik berperan dalam pengaturan keseimbangan emosi dan fisik.

Hasil penelitian postmortem dan imaging menemukan dua jalur anatomi dimana gangguan pada sirkuit ini akan memperlihatkan gangguan dalam mengatur emosi.
Sirkuit I: Sirkuit limbik – talamik – kortikol, termasuk amigdala, nucleus media dorsalis dari talamus dan bagian ventrolateral dari korteks prefrontal.
Sirkuit II: Sirkuit limbik – striatal – palidal – talamik – kortikal

Struktur lain dalam sistem limbik yang berperan dalam reaksi emosi, yaitu amigdala dan hikampus, serta hipotalamus.

Di dalam otak, hypothalamic – pituitary – adrenal (HPA) dikenal sebagai pengatur sistem neuroendokrin, metabolisme serta gangguan perilaku. Mekanisme dari aksis HPA melibatkan 3 komponen, yaitu CRH, ACTH, dan Kortisol.
Pada penderita depresi, terjadi kenaikan aktivitas dari aksis HPA karena adanya reduksi jumlah maupun fungsi reseptor kortisol sehingga keseimbangan neuroendokrin terganggu. Penyebab lain yang diperkirakan mengakibatkan depresi adalah adanya gangguan pengaturan keseimbangan serotonin.
Dalam strategi penanggulangan mendasar pada gangguan keseimbangan neuroendokrin/ neurotransmiter di otak. Obat-obat yang digunakan sedapat mungkin mempunyai efek maksimal terhadap penanggulangan ketidakseimbangan tadi dan berefek negatif yang minimal terhadap metabolisme organ-organ tubuh baik korelasi sesama neurotransmiter lainnya demikian juga efek terapi terhadap terjadinya relapses. Contoh obat-obatan yang baik dalam penanggulangan depresi adalah fluoxetine, yang dapat memberikan efek terapeutik yang sangat maksimal dan efek negatif yang minimal terhadap gangguan organ di luar otak termasuk metabolisme dan neurotransmitter seperti kholinergik.

Tidak ada komentar: