Jumat, 21 November 2008

BUSUNG LAPAR

Kwashiorkor atau busung lapar adalah suatu sindrom yang diakibatkan defisiensi protein yang berat. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Cecily Williams bagi kondisi tersebut yang diderita oleh bayi dan anak balita. Nama ini berasal dari daerah di Pantai Emas, Afrika yang berarti anak terlantar.Defisiensi ini sangat parah, meskipun konsumsi energi atau kalori tubuh mencukupi kebutuhan. Biasanya, Kwashiorkor ini lebih banyak menyerang bayi dan balita pada usia enam bulan sampai tiga tahun. Usia paling rawan terkena defisiensi ini adalah dua tahun. Pada usia itu berlangsung masa peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau makanan sapihan. Pada umumnya, kandungan karbohidrat makanan tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya sangat rendah.



Ciri-ciri anak menderita kwashiorkor adalah hambatan pertumbuhan, perubahan pada pigmen rambut dan kulit, edema, dan perubahan patologi pada hati. Hal ini terutama terlihat pada infiltrasi lemak, nekrosis, dan fibrosis. Temuan lain adalah apati, cengeng, atrofi pankreas, gangguan saluran cerna, anemia, kadar albumin serum yang rendah, dan dermatosis .
Kulit penderita terlihat menjadi gelap. Pada ekstremitas dan punggung, timbul bercak-bercak menebal yang dapat mengelupas. Kulit di bawahnya berwarna merah muda yang hampir seperti pelagra.Soal terjadinya edema, biasanya diawali akibat turunnya kadar albumin serum. Ini mengakibatkan turunnya tekanan osmotik daerah. Cairan daerah akan menerobos pembuluh darah dan masuk ke dalam cairan tubuh.
Anak-anak yang mengalami hal ini biasanya kehilangan nafsu makan, rewel, diare, dan sikap apatis. Biasanya pula, mereka menderita infeksi lambung dan perubahan psikomotor. Wajahnya bengkak. Pada orang dewasa, keadaan ini bisa terjadi, dan yang terparah adalah busung lapar.
Kwashiorkor dianggap ada hubungannya dengan marasmus marasmick. Ini adalah satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan juga ditambah dehidrasi.

Rendahnya gizi buruk pada bayi tersebut akan mengakibatkan :
a. Lost Generation; Bayi penderita gizi buruk ini adalah balita yang tidak memiliki masa depan. Nantinya mereka tidak mampu untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik karena rendahnya nilai gizi yang dimiliki. Hal ini berdampak pada kualitas Sumber Daya Mamusia yang semestinya menjadi pemimpin masa depan.
b. Generasi yang membebani masyarakat dan pemerintahPertumbuhan yang terhambat karena gizi buruk pada masa balita tentunya akan membebankan keluarga masyarakat dan pemerintah.

Faktor-faktor Penyebab Busung Lapar


KONDISI EKONOMI
Penyebab utama merebaknya penyakit busung lapar diperkirakan karena ratap kemiskinan serta kebodohan masih mendera. Hal ini tentunya didukung oleh kemampuan ekonomi rakyat yang di bawah standard. Menurut Menkes sendiri, penyebab busung lapar yang pertama adalah karena masalah ekonomi, yakni orangtua benar-benar miskin dan sedang mengalami paceklik sehingga tak bisa memberi makanan bagi anaknya. Faktor Ekonomi menjadi penyebab yang paling pertama karena efek dari faktor ini merambat ke faktor-faktor berikutnya, sehingga saling terkait satu sama lain.

ASUPAN GIZI YANG KURANG
Yang menjadi penyebab yang kedua yaitu orangtuanya bisa memberi makan, tetapi tidak mengerti bagaimana cara memberi makan dengan benar sehingga asupan gizinya kurang. Kemiskinan menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat. Rendahnya daya beli masyarakat ini menyebabkan kebanyakan keluarga miskin yang tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi bagi balitanya. Kebanyakan bagi mereka, membeli susu atau makanan tambahan untuk bayi, untuk makan sehari-hari mereka tidak mampu. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka balita penderita gizi buruk.

KONDISI KESEHATAN

Ketiga, anak ternyata menderita sakit yang tak sembuh-sembuh sehingga susah makan. Menteri Kesehatan RI Dr Siti Fadilah Supari SpJP (K), saat menghadiri Muktamar III Assosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) di Yogyakarta, bulan lalu bahkan menetapkan kasus busung lapar ini sebagai peristiwa Kondisi Luar Biasa (KLB) Nasional. Saat itu, Menkes mengakui bahwa sebenarnya sekitar 8 persen anak balita di Tanah Air menderita penyakit ini.

DISINTEGRASI NASIONAL
Keanekaragaman budaya dan agama di Indonesia sangat tinggi. Faktor ini tentunya membuat fragmen-fragmen sosial terhadap masyarakat yang penduduk di daerah tersebut terutama wilayah-wilayah yang dijadikan derah transmigrasi. Salah satunya adalah daerah Nusa Tenggara. Keegoisan dan chauvinisme tiap golongan menyebabkan gaya hidup yang individual, mengurangi rasa peduli terhadap masyarakat sekitar, apalagi yang berbeda budaya dan agama. Hal ini merupakan disintegrasi nasional yang juga memberi dampak kepada kasus-kasus busung lapar, di mana keengganan untuk membantu bila tidak berada dalam satu golongan yang sama (baik agama maupun budaya).

PENDIDIKAN
Pendidikan warga Indonesia masih banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi dalam pembiayaan pendidikan. Oleh karena itu tingkat pendidikan yang ditempuh juga rendah. Hal ini meneyebabkan kurangnya pengetahuan akan penjagaan kondisi kesehatan dan asupan gizi yang baik. Selain itu, masyarakat masih kurang kesadaran untuk mengikuti pendidikan-pendidikan yang sudah ditawarkan oleh pemerintah setempat. Pemikiran masyarakat masih sangat tradisional, sehingga berpikiran sempit bahwa pendidikan itu kurang penting dan lebih baik mereka memikirkan dan bertindak untuk mengatasi kekurangan ekonomi mereka dengan bekerja langsung, seperti buruh kasar. Hal ini menimbulkan rendahnya kualitas SDM Indonesia.

Solusi

-Pendataan penduduk sebaiknya dilakukan secara intensif agar dana sepenuhnya dapat tersalurkan pada penduduk
Pendataan penduduk dilakukan oleh badan-badan yang berwenang sesuai kepentingannya masing-masing. BPS mendata seluruh penduduk di suatu wilayah. BKKBN mendata penduduk yang masih tergolong keluarga kurang mampu untuk disesuaikan dengan program-program penanggulangan kemiskinannya. Litbang mendata penduduk yang terkena kasus-kasus kesehatan seperti busung lapar untuk dicari solusi secara ilmiahnya. Data-data dari lembaga-lembaga tersebut sebaiknya dilakukan setiap tahun mengingat pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat cepat. Penduduk harus terus mengikuti perkembangan pendataan penduduk yang ada di tempat tinggalnya, sehingga setiap kali ada pendataan, penduduk bekerja sama dengan aparat pemerintah setempat melakukan pendataan yang valid.
Data tersebut dapat pula digunakan untuk tanggung jawab masyarakat muslim seperti zakat dan infaq. Minimal sisihkan zakat/sedekah untuk dibagikan langsung kepada fakir miskin di sekitar lingkungan. Jika tidak, donatur bisa bekerjasama dengan penyalur zakat dan sedekah ke fakir miskin.

-Penyuluhan kesehatan masyarakat sebaiknya ditingkatkan
Penyuluhan dapat dilakukan secara formal dalam suatu pertemuan maupun melalui poster-poster yang berisi himbauan dan ajakan untuk hidup sehat. Melalui penyuluhan ini, diharapkan masyarakat mejadi lebih tahu bagaimana menjaga kondisi kesehatannya agar tidak terkena busung lapar.

-Pembinaan soft skills untuk petugas pelayan masyarakat
Pembinaan ini biasanya berupa penataran-penataran yang dilakukan lembaga-lembaga kesehatan untuk membangun keterampilan dalam melayani masyarakat dalam hal kesehatan secara baik dan benar. Bila pelayanan kesehatan oleh petugas telah baik, masyarakat tidak lagi segan untuk menggunakan fasilitas-fasilitas umum yang berkenaan dengan kesehatannya. Penekanan softskill selain untuk petugas, ada pula softskill untuk masyarakat. Hendaknya dibangun nilai kemanusiaan dari diri kita sendiri. Tanamkan nilai kejujuran yang tinggi. Materi bukanlah segala-galanya, tapi materi juga merupakan hal yang penting. Mulailah dari sebuah kesabaran dan kesungguhan, paling tidak rakyat Indonesia harus sadar bahwa sebenarnya hidup bukan semata-mata untuk dirinya sendiri melainkan untuk orang lain.


-Perbaikkan Manajemen Pemerintahan dan Masyarakat
Perlu adanya tindakan tegas dan tangkas sehingga masalah dapat cepat teratasi dan tidak tertumpuk/ bermunculan masalah-masalah baru sementara yang lama masih terlantar. Adanya kebijakan otonomi daerah yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi daerah-daerah di Indonesia membantu mengatasi masalah ini. Akan tetapi jika penyebaran dan pendapatan suatu daerah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan daerahnya maka masalah busung lapar rawan terjadi. Peningkatan toleransi antar sesama masyarakat perlu ditingkatkan sehingga kepedulian terhadap sekitar (terutama tetangga) membantu mengatasi permasalahan busung lapar.
Kita harus menjadi generasi yang mampu menyukseskan pembangunan. Kita harus menjadi bangsa yang mampu dan pandai memanajemen perekonomian dan aspek-aspek lain. Kita harus memerangi segala bentuk segala bentuk kecurangan. Semua bisa diawali dari diri kita sendiri. Suarakan suara kita sebagai seorang mahasiswa untuk mempertahankan dan memperjuangkan hak mereka.
Upaya pemerintah dalam mengatasi busung lapar seharusnya disertai upaya masyarakat untuk membantu mengatasinya. Diperlukan koordinasi masyarakat, pemerintah desa, daerah, dan pusat untuk mengatasinya. Misalnya dikerahkan dokter, ahli-ahli gizi bahkan biologist ataupun ahli pertanian dapat diberdayakan kemampuannya sesuai bidangnya untuk mengatasi masalah busung lapar, ahli pertanian dapat menanam ataupun memberdayakan tanaman endemik daerah tersebut dan melakukan diversitas tanaman. Sehingga daerah yang merupakan lumbung padi tidak akan kekurangan kebutuhan pangan yang lain.

Tidak ada komentar: